KM Barcelona V: Kisah Sebuah Pengarung Samudra yang Kini Terselimut Lara

Manado– Di tengah birunya hamparan Laut Sulawesi, nama KM Barcelona V tak asing lagi bagi masyarakat yang mendiami Kepulauan Talaud hingga Manado. Kapal ini bukan sekadar alat transportasi; ia adalah urat nadi penghubung, jembatan antara pulau-pulau terpencil dan pusat kota, pengantar asa, barang, dan cerita bagi ribuan jiwa. Namun, kini, namanya bergema dengan nada pilu, menjadi saksi bisu sebuah tragedi maritim yang merenggut nyawa dan menyisakan duka mendalam.

Mengenal Lebih Dekat Sang Pengarung Rute Utara

KM Barcelona V adalah salah satu armada kapal penumpang dan barang yang beroperasi di wilayah perairan Sulawesi Utara. Melansir dari berbagai sumber maritim, meskipun detail mengenai merek pembuat atau galangan produksinya tidak selalu menjadi konsumsi publik kecuali ada investigasi khusus, kapal-kapal sejenis ini umumnya merupakan produk galangan kapal nasional atau impor dari negara-negara Asia dengan spesifikasi yang disesuaikan untuk kebutuhan transportasi antarpulau di Indonesia. Mereka dirancang untuk dapat mengangkut penumpang sekaligus muatan logistik, menjadikannya sangat vital bagi daerah-daerah kepulauan.

Rute utama KM Barcelona V adalah dari Kepulauan Talaud menuju Pelabuhan Manado, atau sebaliknya. Rute ini adalah jalur krusial bagi distribusi kebutuhan pokok, hasil bumi, dan pergerakan masyarakat dari dan menuju pulau-pulau terdepan di Utara Sulawesi. Setiap pelayaran membawa serta harapan para pedagang, perantau, mahasiswa, hingga sanak famili yang ingin berkumpul.

Dalam kondisi normal, kapasitas resmi kapal penumpang seperti KM Barcelona V tertera dalam manifes pelayaran. Untuk kapal seukurannya, umumnya bisa mengangkut ratusan penumpang, di kisaran 200 hingga 300 orang, di luar awak kapal. Kapal ini juga dilengkapi dengan ruang kargo yang signifikan untuk mengangkut berbagai jenis barang, dari bahan bangunan hingga kebutuhan rumah tangga.

Dari Penantian Rindu Menjadi Detik-detik Maut

Pada Minggu, 20 Juli 2025, pelayaran KM Barcelona V dari Kepulauan Talaud menuju Manado semestinya menjadi rutinitas biasa yang diisi dengan tawa dan obrolan. Penumpang memenuhi dek, membawa cerita dan rencana mereka masing-masing. Namun, di tengah perjalanan, takdir berbicara lain. Api tiba-tiba berkobar di perairan Pulau Talise, Minahasa Utara, sekitar pukul 09.00 WITA.

Asap hitam tebal membumbung ke langit, mengubah suasana riang menjadi kepanikan massal. Dalam hitungan menit, kapal yang menjadi harapan itu berubah menjadi kobaran neraka. Dengan pilihan terbatas, ratusan penumpang—melansir laporan dari Basarnas dan sejumlah media nasional, diperkirakan mencapai lebih dari 500 orang, jauh di atas kapasitas manifesnya—nekat melompat ke laut lepas, bertaruh nyawa di antara gelombang dan panasnya api. Aksi heroik penyelamatan diri dan pertolongan sesama pun mewarnai detik-detik mengerikan itu.

Sayangnya, tidak semua berhasil selamat. Tragedi ini menelan korban jiwa, tiga nyawa melayang, termasuk seorang ibu hamil yang tak berdosa. Mereka adalah bagian dari komunitas yang setiap harinya bergantung pada Barcelona V. Investigasi kini tengah berjalan untuk mengungkap penyebab pasti kebakaran dan menyoroti kemungkinan pelanggaran kapasitas serta standar keselamatan pelayaran.

KM Barcelona V, yang selama ini menjadi simbol konektivitas dan kehidupan bagi masyarakat kepulauan, kini menjadi pengingat pahit akan kerapuhan perjalanan laut. Kisahnya menjadi cermin akan pentingnya pengawasan ketat, pemenuhan standar keselamatan, dan tanggung jawab penuh dalam setiap pelayaran, agar tak ada lagi kisah duka serupa yang menyelimuti samudra kita. (IG)

Sumber foto: https://kalesang.id/

Subscribe

Thanks for read our article for update information please subscriber our newslatter below

No Responses